Kamis, 22 November 2012

Meredam Kegalauan

>>   Engkau yang riuh tertawa untuk menggembirakan sekelilingmu, saat sebetulnya hatimu gamang dengan keraguanmu mengenai masa depan, sini … duduklah engkau dekat denganku, dan dengarlah ini …


Ketahuilah, bahwa semua keraguanmu itu adalah tabir yang memisahkan impianmu dari tindakanmu.


Semakin tubuhmu jauh dari tindakan, semakin tebal tabir keraguan itu menutupi pandanganmu.


Engkau telah sering memberitahuku bahwa Tuhan Maha Absolut, yang keinginanNya tak tertahankan oleh apa pun, yang jika Ia berkehendak agar sesuatu menjadi - maka jadilah.


Lalu, mengapakah engkau demikian khawatir bahwa yang kau lakukan akan menjamin keberhasilanmu - atau tidak, padahal engkau sendiri yang mengatakan bahwa Tuhanlah Yang Maha Penentu?


Tahukah Engkau bahwa yang kau lakukan, belum tentu yang akan dijadikan oleh Tuhan sebagai sebab dari penyejahteraanmu?


Bukankah banyak sekali kebaikan yang sedang kau nikmati, yang adalah kebaikan yang lebih besar daripada yang seharusnya pantas bagimu?


Engkau yang penunda, yang sering memanjakan rasa malas, yang masih suka mencurigai keadilan Tuhan, yang melebihkan harapan kepada manusia, benda, dan perhitungan - daripada kepada Tuhan, engkau yang belum banyak mematuhi Tuhanmu, TAPI hidupmu telah dibaikkan olehNya.


Mengapakah engkau masih ragu, bahwa kesegeraan bekerja keras dalam kejujuran untuk menguntungkan sesamamu - tidak akan menaikkanmu ke kelas kehidupan yang lebih baik?


Bukankah engkau sudah dianugerahi banyak nikmat, tanpa betul-betul memantaskan diri?


Tuhanmu itu Maha Penyayang, atau jika lebih sesuai bagimu - Dia itu Maha Baik, yang sangaaat baik kepadamu, yang telah Ada merencanakan kehidupanmu, lengkap dengan naik dan turunnya dan dengan naiknya lagi - jauh sebelum penciptaan keseluruhan alam ini.


Sesungguhnya, jika kau bandingkan kekhawatiranmu itu dengan kebesaran urusan Tuhan, urusanmu itu amat sangat kecil, yang bahkan diabaikan pun tak akan diketahui oleh siapa pun.


Tapi, bagi Tuhan engkau ini besar dan penting sekali.


Kebaikan hidupmu adalah urusan utama Tuhan.


Sesungguhnya, Tuhan menjadikan urusan setiap jiwa sebagai urusan utamaNya.


Maka janganlah sekali-kali engkau merasa tak diperhatikan oleh Tuhan.


Engkau jiwa kecintaan Tuhan.


Engkau berhak untuk meminta perhatian Tuhan, sebaik hak siapa pun di bawah dan di atas langit.


Maka gantikanlah kegalauanmu mengenai masa depan, dengan keikhlasan untuk melakukan yang bisa kau lakukan, dan menyerahkan kepada Tuhan hal-hal yang berada di luar kemampuanmu.


Malam ini, baringkanlah tubuhmu yang letih memikul semua beban pikiran dan kegelisahan hatimu.


Dan tidurlah dalam naungan dan lindungan kasih sayang Tuhan.


Malam ini, damaikanlah jiwamu, agar kekuasaan Tuhan berperan lebih baik dalam hati, pikiran, dan tubuhmu saat engkau bangun dalam kesegaran esok pagi.


Engkau jiwa kecintaan Tuhan.


Mintalah apa pun, serahkan semua kekhawatiranmu, dan ikhlaslah bekerja dalam kejujuran, lalu perhatikan apa yang terjadi.


Tuhan memerintahkan keajaiban untuk melayani kerinduan hati dari jiwa yang ikhlas.

Mario Teguh

Mimpi Ibu di hari ulang tahunku Yang ke-21 th

>>

Duhai ibu…

21 tahun silam yang lalu tepatnya 23 november 1991 sungguh…saat2 kehadiranku…begitu menggetarkan tiap sudut hati mu.

Getaran bahagia yg tak pernah sanggup teruraikan lisan…bercampur rasa bimbang yg tak mungkin terlukiskan pena.

 

Engkau  bahagia…sebab begitu engkau sadari, diriku bukan hanya penyejuk matamu, tak semata belahan jantungmu….Akan tetapi, aku adalah “karunia terindah” dari Zat Yg Maha Pengasih; Pengatur langit & bumi, Yang telah membingkai teka-teki rezeki setiap makhluk ciptaanNya.

 

Yah, bukankah berjuta manusia di dataran bumi ini amat merindukan putra/putri terbaik nan saleh dan salehah?… namun sekali lagi… taqdir tlah tercatat abadi di sisiNya puluhan ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.

 

Dan engkau bimbang…karna pada saat yg sama, aku tak sekadar anugrah Ilahi, tak hanya penghibur di kala sepi, penghapus kepenatan di saat lelah…

 

Aku  adalah titipan Ilahi…aku adalah “amanah” yg akan menanti tanggung-jawabmu demikan besar di Hari Perhitungan kelak… yg kadang membuat dadamu tersesak… nafasmu tersentak.

 

Lantaran itu, bukanlah hal yg mustahil, jika pertanyaan2 itu slalu muncul terbias di benakmu…di setiap detak waktu kan terus hadir membayangimu…

 

Namun apa yg terjadi,…kini sepertinya lisan ini hanya bisa terbujur kaku, lumpuh ‘tuk mengurai jawaban ‘tak pasti atas pertanyaan2 yg amat men-syak-kan fikirmu itu…

 

Duhai ibuku…

Aku sangat sadar….. atas mimpi besarmu itu …. mampukah aku menjadi anak yg shaleh?………..Dimana anak yang selalu tegar, terus melangkah maju…tidak pernah  menghiraukan perihnya ucapan orang2 jahil, sakitnya tudingan manusia2 tak berilmu!…akan tetapi terus bersabar atas kezaliman mereka , tetap yakin akan setiap janji2 Allah…sebab dari situ-lah salah satu arah ‘kan datangnya hembusan “berita gembira” dariNya!…Anggap sajalah sebagai bunga2 perjuangan yg sedang bermekaran…halau sajalah duri2 itu…dan jangan pernah jadi lemah karenanya! 

 

Agar nantinya aku ‘kan mengantarmu kedalam SurgaNya…? dan bukan menyeretmu kepada murkaNya. Agar kelak aku membuatmu tersenyum bahagia, bukan tertangis kecewa.

 

Cakapnya kedua tangan hangatmu telah membingkai pribadiku dengan butiran2 mutiara iman?…dan semoga saja kelak aku kan fasih mendo’akanku saat engkau terbaring di alam sana.

 

Ibu…. Dengarkanlah aku…

Anakmu sekarang yang tepat diusianya  genap 21 tahun ini perlahan namun pasti akan terus mencoba melukiskan dengan nyata atas mimpi besarmu itu…….… kini anakmu ini  bertekad untuk hijrah ke kehidupan yang jauh lebih berkualitas, agar mimpi2 dan pertanyaan2 yang selalu mennyesak dadamu, menyentakkan nafasmu dan fikirmu itu dapat terjawab dengan indah di saat enggkau beristirahat di alam sana.., amiinnn. !!!