Kamis, 22 November 2012

Meredam Kegalauan

>>   Engkau yang riuh tertawa untuk menggembirakan sekelilingmu, saat sebetulnya hatimu gamang dengan keraguanmu mengenai masa depan, sini … duduklah engkau dekat denganku, dan dengarlah ini …


Ketahuilah, bahwa semua keraguanmu itu adalah tabir yang memisahkan impianmu dari tindakanmu.


Semakin tubuhmu jauh dari tindakan, semakin tebal tabir keraguan itu menutupi pandanganmu.


Engkau telah sering memberitahuku bahwa Tuhan Maha Absolut, yang keinginanNya tak tertahankan oleh apa pun, yang jika Ia berkehendak agar sesuatu menjadi - maka jadilah.


Lalu, mengapakah engkau demikian khawatir bahwa yang kau lakukan akan menjamin keberhasilanmu - atau tidak, padahal engkau sendiri yang mengatakan bahwa Tuhanlah Yang Maha Penentu?


Tahukah Engkau bahwa yang kau lakukan, belum tentu yang akan dijadikan oleh Tuhan sebagai sebab dari penyejahteraanmu?


Bukankah banyak sekali kebaikan yang sedang kau nikmati, yang adalah kebaikan yang lebih besar daripada yang seharusnya pantas bagimu?


Engkau yang penunda, yang sering memanjakan rasa malas, yang masih suka mencurigai keadilan Tuhan, yang melebihkan harapan kepada manusia, benda, dan perhitungan - daripada kepada Tuhan, engkau yang belum banyak mematuhi Tuhanmu, TAPI hidupmu telah dibaikkan olehNya.


Mengapakah engkau masih ragu, bahwa kesegeraan bekerja keras dalam kejujuran untuk menguntungkan sesamamu - tidak akan menaikkanmu ke kelas kehidupan yang lebih baik?


Bukankah engkau sudah dianugerahi banyak nikmat, tanpa betul-betul memantaskan diri?


Tuhanmu itu Maha Penyayang, atau jika lebih sesuai bagimu - Dia itu Maha Baik, yang sangaaat baik kepadamu, yang telah Ada merencanakan kehidupanmu, lengkap dengan naik dan turunnya dan dengan naiknya lagi - jauh sebelum penciptaan keseluruhan alam ini.


Sesungguhnya, jika kau bandingkan kekhawatiranmu itu dengan kebesaran urusan Tuhan, urusanmu itu amat sangat kecil, yang bahkan diabaikan pun tak akan diketahui oleh siapa pun.


Tapi, bagi Tuhan engkau ini besar dan penting sekali.


Kebaikan hidupmu adalah urusan utama Tuhan.


Sesungguhnya, Tuhan menjadikan urusan setiap jiwa sebagai urusan utamaNya.


Maka janganlah sekali-kali engkau merasa tak diperhatikan oleh Tuhan.


Engkau jiwa kecintaan Tuhan.


Engkau berhak untuk meminta perhatian Tuhan, sebaik hak siapa pun di bawah dan di atas langit.


Maka gantikanlah kegalauanmu mengenai masa depan, dengan keikhlasan untuk melakukan yang bisa kau lakukan, dan menyerahkan kepada Tuhan hal-hal yang berada di luar kemampuanmu.


Malam ini, baringkanlah tubuhmu yang letih memikul semua beban pikiran dan kegelisahan hatimu.


Dan tidurlah dalam naungan dan lindungan kasih sayang Tuhan.


Malam ini, damaikanlah jiwamu, agar kekuasaan Tuhan berperan lebih baik dalam hati, pikiran, dan tubuhmu saat engkau bangun dalam kesegaran esok pagi.


Engkau jiwa kecintaan Tuhan.


Mintalah apa pun, serahkan semua kekhawatiranmu, dan ikhlaslah bekerja dalam kejujuran, lalu perhatikan apa yang terjadi.


Tuhan memerintahkan keajaiban untuk melayani kerinduan hati dari jiwa yang ikhlas.

Mario Teguh

Mimpi Ibu di hari ulang tahunku Yang ke-21 th

>>

Duhai ibu…

21 tahun silam yang lalu tepatnya 23 november 1991 sungguh…saat2 kehadiranku…begitu menggetarkan tiap sudut hati mu.

Getaran bahagia yg tak pernah sanggup teruraikan lisan…bercampur rasa bimbang yg tak mungkin terlukiskan pena.

 

Engkau  bahagia…sebab begitu engkau sadari, diriku bukan hanya penyejuk matamu, tak semata belahan jantungmu….Akan tetapi, aku adalah “karunia terindah” dari Zat Yg Maha Pengasih; Pengatur langit & bumi, Yang telah membingkai teka-teki rezeki setiap makhluk ciptaanNya.

 

Yah, bukankah berjuta manusia di dataran bumi ini amat merindukan putra/putri terbaik nan saleh dan salehah?… namun sekali lagi… taqdir tlah tercatat abadi di sisiNya puluhan ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.

 

Dan engkau bimbang…karna pada saat yg sama, aku tak sekadar anugrah Ilahi, tak hanya penghibur di kala sepi, penghapus kepenatan di saat lelah…

 

Aku  adalah titipan Ilahi…aku adalah “amanah” yg akan menanti tanggung-jawabmu demikan besar di Hari Perhitungan kelak… yg kadang membuat dadamu tersesak… nafasmu tersentak.

 

Lantaran itu, bukanlah hal yg mustahil, jika pertanyaan2 itu slalu muncul terbias di benakmu…di setiap detak waktu kan terus hadir membayangimu…

 

Namun apa yg terjadi,…kini sepertinya lisan ini hanya bisa terbujur kaku, lumpuh ‘tuk mengurai jawaban ‘tak pasti atas pertanyaan2 yg amat men-syak-kan fikirmu itu…

 

Duhai ibuku…

Aku sangat sadar….. atas mimpi besarmu itu …. mampukah aku menjadi anak yg shaleh?………..Dimana anak yang selalu tegar, terus melangkah maju…tidak pernah  menghiraukan perihnya ucapan orang2 jahil, sakitnya tudingan manusia2 tak berilmu!…akan tetapi terus bersabar atas kezaliman mereka , tetap yakin akan setiap janji2 Allah…sebab dari situ-lah salah satu arah ‘kan datangnya hembusan “berita gembira” dariNya!…Anggap sajalah sebagai bunga2 perjuangan yg sedang bermekaran…halau sajalah duri2 itu…dan jangan pernah jadi lemah karenanya! 

 

Agar nantinya aku ‘kan mengantarmu kedalam SurgaNya…? dan bukan menyeretmu kepada murkaNya. Agar kelak aku membuatmu tersenyum bahagia, bukan tertangis kecewa.

 

Cakapnya kedua tangan hangatmu telah membingkai pribadiku dengan butiran2 mutiara iman?…dan semoga saja kelak aku kan fasih mendo’akanku saat engkau terbaring di alam sana.

 

Ibu…. Dengarkanlah aku…

Anakmu sekarang yang tepat diusianya  genap 21 tahun ini perlahan namun pasti akan terus mencoba melukiskan dengan nyata atas mimpi besarmu itu…….… kini anakmu ini  bertekad untuk hijrah ke kehidupan yang jauh lebih berkualitas, agar mimpi2 dan pertanyaan2 yang selalu mennyesak dadamu, menyentakkan nafasmu dan fikirmu itu dapat terjawab dengan indah di saat enggkau beristirahat di alam sana.., amiinnn. !!!

 

 

Senin, 02 Januari 2012

Meredam Kegalauan

Engkau yang riuh tertawa untuk menggembirakan sekelilingmu, saat sebetulnya hatimu gamang dengan keraguanmu mengenai masa depan, sini … duduklah engkau dekat denganku, dan dengarlah ini …

Ketahuilah, bahwa semua keraguanmu itu adalah tabir yang memisahkan impianmu dari tindakanmu.

Semakin tubuhmu jauh dari tindakan, semakin tebal tabir keraguan itu menutupi pandanganmu.

Engkau telah sering memberitahuku bahwa Tuhan Maha Absolut, yang keinginanNya tak tertahankan oleh apa pun, yang jika Ia berkehendak agar sesuatu menjadi - maka jadilah.

Lalu, mengapakah engkau demikian khawatir bahwa yang kau lakukan akan menjamin keberhasilanmu - atau tidak, padahal engkau sendiri yang mengatakan bahwa Tuhanlah Yang Maha Penentu?

Tahukah Engkau bahwa yang kau lakukan, belum tentu yang akan dijadikan oleh Tuhan sebagai sebab dari penyejahteraanmu?

Bukankah banyak sekali kebaikan yang sedang kau nikmati, yang adalah kebaikan yang lebih besar daripada yang seharusnya pantas bagimu?

Engkau yang penunda, yang sering memanjakan rasa malas, yang masih suka mencurigai keadilan Tuhan, yang melebihkan harapan kepada manusia, benda, dan perhitungan - daripada kepada Tuhan, engkau yang belum banyak mematuhi Tuhanmu, TAPI hidupmu telah dibaikkan olehNya.

Mengapakah engkau masih ragu, bahwa kesegeraan bekerja keras dalam kejujuran untuk menguntungkan sesamamu - tidak akan menaikkanmu ke kelas kehidupan yang lebih baik?

Bukankah engkau sudah dianugerahi banyak nikmat, tanpa betul-betul memantaskan diri?


Tuhanmu itu Maha Penyayang, atau jika lebih sesuai bagimu - Dia itu Maha Baik, yang sangaaat baik kepadamu, yang telah Ada merencanakan kehidupanmu, lengkap dengan naik dan turunnya dan dengan naiknya lagi - jauh sebelum penciptaan keseluruhan alam ini.

Sesungguhnya, jika kau bandingkan kekhawatiranmu itu dengan kebesaran urusan Tuhan, urusanmu itu amat sangat kecil, yang bahkan diabaikan pun tak akan diketahui oleh siapa pun.

Tapi, bagi Tuhan engkau ini besar dan penting sekali.

Kebaikan hidupmu adalah urusan utama Tuhan.

Sesungguhnya, Tuhan menjadikan urusan setiap jiwa sebagai urusan utamaNya.

Maka janganlah sekali-kali engkau merasa tak diperhatikan oleh Tuhan.

Engkau jiwa kecintaan Tuhan.

Engkau berhak untuk meminta perhatian Tuhan, sebaik hak siapa pun di bawah dan di atas langit.

Maka gantikanlah kegalauanmu mengenai masa depan, dengan keikhlasan untuk melakukan yang bisa kau lakukan, dan menyerahkan kepada Tuhan hal-hal yang berada di luar kemampuanmu.

Malam ini, baringkanlah tubuhmu yang letih memikul semua beban pikiran dan kegelisahan hatimu.

Dan tidurlah dalam naungan dan lindungan kasih sayang Tuhan.

Malam ini, damaikanlah jiwamu, agar kekuasaan Tuhan berperan lebih baik dalam hati, pikiran, dan tubuhmu saat engkau bangun dalam kesegaran esok pagi.


Engkau jiwa kecintaan Tuhan.


Mintalah apa pun, serahkan semua kekhawatiranmu, dan ikhlaslah bekerja dalam kejujuran, lalu perhatikan apa yang terjadi.

Tuhan memerintahkan keajaiban untuk melayani kerinduan hati dari jiwa yang ikhlas.


                                                                                                    Mario Teguh

Kamis, 22 Desember 2011

Sepucuk Surat Untuk Jendral

Karena selalu terbayang oleh kami Saat kita masih berseragam putih/abu2, sungguh saat seakan2 kita menguasai dunia, menjalani kehidupan dan menghadapi rintangan selalu dengan ceria dan penuh semangat. Saat itu keakraban kita pun seakan tak kan pernah lekang oleh oleh zaman dan waktu. Dengan tampanmu yang culun  dan mental yang tersembunyi di balik tampan mu itu, disanalah kami mulai mengenal dirimu, saat itu kami tak menyangka dengan tranformasi sikapmu yang begitu cepat, bagaimana tidak,?.. beragam kegiatan kamipun engkau mulai jelajahi, walau masih dengan tangan yang kaku kau mulai berani memasukkan bola merah itu ke keranjang, Dan ketika kau terinfeksi virus bola merah itu tak segan2 dulunya kau mengasikkan diri dilapang basket walaupun guru sudah mulai memberi materi dikelas,…!!! 
Ingatkah kah enggkau kawan bagaimana asiknya saat dulu Kita bermain basket dengan seragam putih/abu2 hingga basah kuyub bermandi keringat., seusai bermain kita bersama-sama menikmati seteguk minuman pelepas dahaga di kantin belakang kelas IPS,. , dengan keringat yang masih bercucuran membasahi siputih dan abu2 itu kita merapatkan barisan di kolam tempat berwudhu hanya sekedar untuk membasuh wajah dan membasahi rambut dan mengeringkannya dengan alternative seadanya., memang gilaa,..!!! tapi itulah cara kita dulu menikmati hidup.

Taukah kamu bahwa kami pasti sangat merindukanmu? Menginginkanmu seperti dahulu saat kita bersenda gurau bersama? Membawa kenangan keujung dunia, seakan kitalah yang paling bahagia di dunia ini? Walau kini kami masih dalam jejak-jejak mimpi.
Melihatmu berseragam loreng membuat kami tertegun dan haru dalam bathin, karena kami sungguh tahu bahwa itulah yang kau perjuangkan setelah kita bersama harus melepas seragam putih abu2 yang penuh kenangan manis itu. Semoga saja kaw jadi bintara bertopi baja yang berkarir dan taat pada kode2 etik satuanmu., dan kami selalu mendoakan supaya kelak kw jadi jendral tua yang mengukir prestasi yang gemilang sepanjang sepak terjangmu di militer.

Dan yang perlu kau inggat bahwa kaulah orang pertama dari kami yang telah mampu melukis nyata jejak-jejak mimpi, dan kini kau bisa mencicipi hasil keringatmu sendiri tanpa lagi harus menadah tangan menunggu belas kasihan orang tua.
    Kami hanya ingin menitip doa  supaya kami pun bisa melukis nyata jejak-jejak mimpi kami.,????.,

Wassalam..,!!!
                                                             Written by : Ryanda Saputra Mz
                         lamnyong, 19 Desember 2011
         Pukul 15:44 WIB.

Rabu, 23 November 2011

awas, Tipu-tipu Jakarta

oleh : Ryanda Saputra Mz Forward dari tapol/napol

                           PERCAYA atau tidak, sejak dulu Aceh atau orang Aceh cukup dikenal dengan tipu muslihat atau taktik untuk mewujudkan sebuah tujuan, baik tujuan politik maupun pribadi masyarakatnya. Bahkan Belanda mengakui akan kehebatan orang Aceh dalam hal ini. Salah satu cerita yang paling termasyhur adalah ketika masa penjajahan, pejuang Aceh bernama  Teuku Umar berhasil menipu kolonial Belanda. Awalnya ia bersedia berunding dengan bekerja sama membantu menaklukkan perlawanan masyarakat Aceh. Tapi akhirnya Belanda malah dikelabui oleh suami Tjoet Nyak Dien ini. Ratusan pucuk senjata berhasil dicuri dan digunakan kembali untuk melawan Belanda.

Selain cerita tersebut, sebenarnya masih banyak tipu-tipu masyarakat Aceh yang ternukil dalam sejumlah hikayat. Menurut sejumlah kalangan, “tipu Aceh” ini dapat diartikan sebagai “tipu” untuk kepentingan pribadi, di sisi lain cara tersebut juga merupakan “taktik” untuk mencapai sebuah tujuan politis dan perjuangan membela bangsa Aceh melawan segala bentuk kolonialisme.

Meski tipu-tipu Aceh ini sangat dikenal bahkan sempat menjadi bagian dari catatan seorang pengarang asal Jawa Barat dalam buku berjudul “Aceh di Mata Urang Sunda”, nyatanya di balik itu sejak masa kemerdekaan hingga kini, Aceh lah yang selalu tertipu atau dibohongi oleh pemerintah Pusat Jakarta. Situasi ini mulai terlihat  sejak masa kepemimpinan Presiden Soekarno. Sejak itu Aceh mulai tertipu dengan janji-janji semu. Pada masa pemerintahan selanjutnya bahkan lebih parah dari sekadar ditipu, Aceh bahkan “dibungkam”. Mirisnya hingga kini Aceh masih saja tertipu. Faktanya,  ketika Pemerintah Republik Indonesia dan GAM menandatangani MoU Helsinki, sejumlah poin MoU tersebut belum sepenuhnya dijalankan oleh pemerintah pusat hingga hari ini.

Dengan segudang alasan, Aceh harus tetap menunggu sejumlah poin MoU untuk direalisasikan, seperti tentang Pengadilan HAM, KKR (Komisi kebenaran dan Rekonsiliasi). Bahkan baru-baru ini, Aceh kembali hampir tertipu ketika Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) kawasan bebas Sabang--yang cukup lama dinanti--dianulir oleh Kementerian Keuangan. Beberapa pasal yang telah disepakati, kembali dianulir  oleh Menteri Keuangan, dengan alasan ada kesalahan ‘komunikasi” di jajarannya. Kesalahan seperti apa? Wallahu’aklam.

Untung saja saat itu Wakil Gubernur Aceh segera menyampaikan hal tersebut kepada Presiden SBY dalam sebuah momen Pramuka di Jakarta. Jika tidak, aturan tersebut dapat menjadi tipu Jakarta berikutnya.

Itu sebabnya reaksi keras datang.  Aceh tentu tak ingin tertipu lagi, sebab dulu pelabuhan bebas juga sempat dihentikan oleh Presiden Soeharto dengan sebab-musabab yang kecil, misalnya disebut maraknya penyelundupan.

Menurut Sejarawan Aceh, yang juga Direktur Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA) Drs Rusdi Sufi, kepada Kontras Senin (23/8), berdasarkan sejarah Aceh, di balik tipu-tipu Aceh, cukup banyak tipu-tipu Jakarta terhadap Aceh. Berdasarkan pengalaman tersebut, ke depan para pemimpin maupun generasi Aceh harus berhati-hati dan jangan mudah terbuai dengan janji semu Jakarta. Intinya, masyarakat harus tetap bersatu agar tidak mudah dikelabui pihak Jakarta (pemerintah Pusat).

Sementara menurut Pemerhati Sejarah Aceh, Ramli A Dally, teknik tipu yang dilancarkan Jakarta terhadap Aceh hingga saat ini bisa saja telah di-setting dan menjadi bagian dari teori kekuasaan. Dengan kata lain, Aceh sejak dulu dijadikan kawasan tertentu (cadangan kekuasaan) untuk mencapai sebuah tujuan. Diibaratkan sebuah ular, katanya, meski kepalanya dilepas, namun ekornya tetap dipegang bahkan diikat dengan kuat. Untuk itu masyarakt Aceh harus tetap waspada terhadap tipu-tipu Jakarta.

***

Berdasarkan sejumlah sumber yang diperoleh dari Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA), banyak catatan tentang perlakuan Pusat terhadap Aceh yang cukup memiriskan hati dan menyebabkan masyarakat Aceh dirugikan. Penipuan terhadap Aceh sebenarnya telah terjadi sejak zaman kemerdekaan atau masa revolusi kemerdekaan.

Dulu pada tahun 1948, saat masa revolusi kemerdekaan atau setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, seluruh kawasan Indonesia kembali diduduki oleh Belanda, kecuali Aceh. Awalnya, setelah Belanda menyerah kepada sekutu, pada September tahun 1948 tentera sekutu masuk ke Indonesia untuk menerima penyerahan Jepang kepada Indonesia. Namun saat itu penguasa sipil Belanda yakni NICA (Nederlandsch Indie Civil Administratie) menyusup masuk dan kembali menduduki Indonesia. Bahkan Presiden Soekarno ditangkap saat itu. Satu-satu kawasan yang tidak dimasuki Belanda adalah Aceh.

Saat itulah petinggi-petinggi RI datang ke Aceh yang tetap aman. Bahkan uang Indonesia (Oeang Republik Indonesia) pernah dicetak di Aceh. Selanjutnya pada  7 Mei 1949, ditandatanganilah kesepakatan yang dinamakan Perjanjian Rum-Royen. Berdasarkan perjanjian tersebut, tahanan politik dibebaskan, Belanda menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Republik Indonesi Serikat, selanjutnya akan diselenggarakan Konfrensi Meja Bundar (KMB) antara Belanda dengan Indonesia setelah Pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta. Saat itulah Soekarno dibebaskan. Setelah dibebaskan, ia datang ke Aceh bersama sejumlah rombongan.

Kedatangannya ke Aceh melalui lapangan terbang di Lhoknga disambut sangat meriah oleh masyarakat. Selanjutnya diadakan pertemuan dengan para tokoh dan saudagar Aceh di Hotel Aceh yang kini hanya tinggal tapaknya saja, yakni kawasan samping Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Saat itu Aceh merupakan sebuah Keresidenan Aceh yang dipimpin oleh T Daudsyah setelah menggantikan T Nyak Arif. Soekarno juga bertemu dengan Daud Beureueh yang merupakan Gubernur Militer Aceh, Langkat, dan Tanah Karo.

Kala itu Daud Beureueh meminta agar khusus kawasan Aceh diberlakuan syariat Islam. Soekarno menyetujuinya. Aceh menyatakan setia kepada republik, namun Daud meminta agar kesepakatan tersebut dapat berbentuk hitam di atas putih (tertulus). Namun hal itu tak pernah terjadi. Soekarno dengan berlinang air mata bahkan bersumpah akan mewujudkan hal itu. Dia mengaku tak perlu bukti tertulis karena Daud Beureueh merupakan orang yang dihormatinya sehingga tak mungkin dikhianati. “Itulah tipu pertama yang terjadi terhadap Aceh. Presiden saat itu tak bersedia membuat perjanjian tertulis,” kata Sejarawan Rusdi Sufi.

Tak cukup dengan tipu tersebut, siang harinya, saat berkumpul dengan para saudagar Aceh, Soekarno menginstruksikan kepada para saudagar bahwa di seluruh Indonesia, telah dibentuk semacam penggalangan dana untuk membeli pesawat milik Indonesia. Untuk itu para saudagar juga diimbau untuk menyumbang dana membeli pesawat. Saat itu semua pedagang saling menatap dan terdiam. Lama terdiam, Soekarno kembali bicara “jika tak menjawab, saya tak akan makan siang dengan para saudagar”, katanya. Akhirnya, saudagar setuju, maka terkumpulah sekira 20 kilo emas dari saudagar dan masyarakat. Taksasi nilai tersebut saat itu dapat membeli dua buah pesawat jenis Dakota RI-001 Seulawah. Namun setelah dibentuk panitia pengadaan pesawat, hanya satu pesawat yang dibeli---bangkai pesawat ini sekarang diletakkan di Blang Padang, Banda Aceh--sisanya dikorup oleh sejumlah orang yang terlibat di Pusat. Pesawat inilah yang seterusnya menjadi cikal bakal perusahan penerbangan pertama di Indonesia.

Konon setelah menyumbang untuk pesawat, para saudagar dan masyarakat Aceh juga pernah membeli obligasi senilai  puluhan kilogram emas. Emas ini diterima oleh Margono Joyo Hadi Kusomo, ayah dari Sumitro (Presiden Bank Negara Indonesia) atau kakek dari Prabowo. Obligasi ini rencananya digunakan untuk membangun bank milik Pemerintah Indonesia, namun tak jelas juntrungannya sehingga Aceh tak pernah memperoleh kontribusi secara maksimal. Aceh kembali tertipu.

Istimewa hanya sebutan Saat itu, posisi perekonomian Aceh memang lebih maksimal dibanding dengan sejumlah kawasan lainnya di seluruh Indonesia. Pasalnya, semua lautan dikuasai oleh Belanda. Namun, saudagar Aceh berani menembus blokade Belanda di laut sehingga dapat melakukan perdagangan dengan negara luar. Situasi ekonomi yang tergolong makmur ini seolah dimanfaatkan sebagai “ATM” bagi Pusat. Tak lama setelah itu, Aceh akhirnya dijadikan provinsi, Daud Beureueh menjadi Gubernur pertama. Namun tak sampai setahun, yakni tahun 1950, pemerintah pusat memutuskan hanya ada sepuluh provinsi di Indonesia. Aceh digabung dengan Sumatera Utara. Pusat beralasan bahwa berdasarkan konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) hanya ada sepuluh provinsi, padahal status RIS telah ditolak oleh sebagian besar bangsa Indonesia sehingga Indonesai kembali menjadi NKRI. Anehnya ternyata jumlah provinsi bukanlah sepuluh, melainkan sebelas, karena secara diam-diam, pemerintah menyetujui Jogjakarta menjadi provinsi, bahkan dengan status istimewa. Itu tetap berjalan walau bertentangan dengan Undang-undang. Aceh kembali tertipu.

Pemerintah Aceh, tak terima dengan status ini. Namun pusat terus “mendesak”, status ini harus diterima. Akhirnya Aceh kembali turun menjadi keresidenan. Merasa dikhianati, maka pada September 1953 munculah gerakan Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang sebetulnya telah terbentuk di Jawa barat. Namun, di Aceh gerakan serupa disebut NBA (Negara Bagian Aceh) yang berada di bawah NII (Negara Islam Indonesai) yang dibentuk oleh Karto Suwiryo. Akibatnya, Aceh diserang.

Namun perlawanan Aceh semakin kuat. Mungkin Pusat membaca dari pengalaman bahwa Aceh tak dapat ditaklukkan dengan kekerasan, maka para pimpinan DI/TII diajak berdialog. Pusat berjanji akan mengembalikan status Aceh menjadi provinsi, bahkan ditambah dengan embel-embel istimewa dari segi kebudayaan, Pendidikan, dan Agama. Lagi-lagi Aceh tertipu. Status yang dijanjikan hanya berlaku di atas kertas, sedangkan payung hukum atau regulasi pelaksanaannya tak pernah ada. Praktis realisasinya juga nihil. Bahkan kata-kata yang ternukil pun cukup menggelitik yakni “Aceh dapat disebut daerah istimewa.” Kalimat ini bisa saja ditafsirkan bahwa istimewa hanyalah sebutan. Faktanya, ternyata realisasinya memang tak pernah ada. Namun kala itu, sekira tahun 1957 Aceh sedikit makmur dari segi perekonomian. Pasalnya, Aceh menjalankan sistem dagang barter dengan negara luar negeri. Namun beberapa tahun kemudian, sekira akhir tahun 1959, karena Aceh tergolong makmur, mungkin mata Jakarta mendelik, kebijakan barter dicabut.  

Ternyata tipu-tipu “Jakarta” ini belum selesai hingga di situ. Pada Tahun 1963, dalam rangka “Ganyang Malaysia, pemerintah Pusat menetapkan status Sabang menjadi pelabuhan bebas. Namun status itu juga tidak disertai peraturan teknis yang mengatur pelaksanaannya. Akhirnya beberapa tahun kemudian, status pelabuhan bebas Sabang kembali dicabut. Alasan pusat karena terjadi beberapa penyelundupan, padahal hanya dalam skala kecil. Akhirnya pamor Sabang kembali meredup sehingga perdagangan Aceh terganggu. Aceh hanya kecipratan rasa bangga, sedangkan hasilnya tidak ada. Aceh kembali tertipu.

Berdasarkan sejumlah pengkhianatan tersebut, dan disertai sebab lainnya, muncullah GAM. Pada masa-masa selanjutnya, masa Soeharto misalanya, Aceh malah bukan lagi ditipu. Banyak korban rakyat sipil yang berjatuhan. Bahkan seluruh masyarakat Indonesia merasakan hal itu. Saat itu situasi negara sudah mulai dikusai oleh sejumlah partai. Ternyata tak semua masyarakat Aceh dapat tertipu, buktinya ada partai tertentu tidak menang di Aceh. Hal ini menyebabkan rezim yang berkuasa semakin benci kepada masyarakat Aceh.

Jangan tertipu lagiKini pada masa-masa pemeritahan SBY, hal serupa pada dasarnya hampir terjadi, dimana sejumlah regulasi sebagai penguat realisasi poin MoU terkadang diperlambat, bahkan ada yang terkesan dipersulit. Seperti halnya dengan RPP Sabang, jika saja tak ada inisiatif yang kuat dari Pemerintah Aceh, bisa saja RPP tersebut sah dianulir. Demikian juga dengan PP tentang pembentukan KKR, hingga saat ini belum jelas juntrungannya.

Menurut Sejarawan Rusdi Sufi, dan Pengamat Sejarah Ramli A Dally, ke depan Aceh harus waspada terhadap semua siasat pusat. Pasalnya Aceh akan tetap dijadikan ‘kawasn cadangan” bagi pusat dengan tujuan tertentu. “Kesimpulannya, pusat hanya akan segan terhadap Aceh jika masyarakatnya bersatu. Jika tidak, masyarakat Aceh kembali akan ditipu, itulah sekilas tipu-tipu pusat. Satu lagi yang paling penting, jangan sampai orang Aceh menipu bangsa sendiri,” pungkas Rusdi Sufi. (gunawan)  




Selasa, 22 November 2011

Sekilas Kisah Dibalik Pulau Ujung Barat Indonesia ( SABANG).
  oleh : Ryanda Saputra Mz


                  
                    Menurut stimulus kami sebelumnya, kami akan menyebrang menggunakan kapal lambat, dengan di pengaruhi faktor teknis oleh para panitia tour (guru) yang kurang berkompoten, yakni terlambatnya mengorder tiket, disitu kami terpaksa harus memarjinalkan biaya untuk membeli tiket kapal Pulo Rondo, Saat menunggu keberangkatan kapal, kami menyempatkan diri berkeliling di sekitar Pantai Ulee Lhuee yang tampak begitu cantik. Di pantai itu, pada saat air sedang surut, beberapa karang akan nampak bermunculan dari batas permukaan air. Dari kejauhan, panorama bukit pun nampak asri. Dari kejauhan pula, saya melihat sebuah menara mercusuar yang tingginya kurang lebih 100 meter. Menara mercusuar itu pun tampak rusak akibat tsunami, demikian pula rumah-rumah penduduk di sekitarnya.
Hari itu cuaca lumayan cerah saat kami menginjakkan kaki di Pelabuhan Balohan yang terletak di Pulau Weh, Pulau yang dikenal sebagai “titik nol kilometer Indonesia”. Pulau Weh terdiri atas beberapa kepulauan kecil dengan Kotamadya Sabang sebagai Ibu Kotanya. Disinilah Pemerintah mendirikan sebuah monumen sebagai tanda dimulainya penghitungan jarak dan luas wilayah Negara Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Tempat pertama yang kami tuju adalah mencari tempat penginanpan, karena kami akan berada beberapa hari disana.
Kesokan harinya, Bus Damri milik pemerintahan Kota Sabang pun siap memboyong kami buat menikmati keindahan di pulau itu, tempat pertama kami kunjungi itu adalah anoe hitam, disana kami mencoba mencari sesuatu yang beda, namun sekian lama kami berjalan menelusuri panjangnya bibir pantai anoe hitam, kami baru menyadari bahwa pasir yang bertaburan itu memiliki ciri khas tersendiri dan tentunya sulit untuk di temukan di daerah lain, sebahagian dari kami pun tak tahan dengan memandang keelokan laut yang begitu menggoda sehingga manghentakkan nafsu untuk menjeburkan diri kedalam biruan air laut itu. Kami sudah merasa sedikit jenuh di anoe hitam, dan memutuskan untuk pindah lokasi, hasil dari rembukan para panitia tour, akhirnya, kami bergeraklah menuju air terjun. Nah, disini kami berjalan sambil mendaki gunung dan semaknya hutan belukar yang dihiasi sebuah sungai dengan batuan-batuan besar yang berserakan di dalamnya seraya menjinjing sebungkus nasi buat bekal di air terjun nantinya.
Perjalanan ini diwarnai oleh adegan-adegan yang cukuplah extrim, mulai terplesetnya dari batuan besar itu sampai terjebur kesungai hingga terkapar lesu dan, bahkan ada yang hampir mengakhiri kehidupan disana. Secara logika perjalanan itu hanya bisa di lewati oleh pribadi-pribadi yang pantas, tapi adegan-adegan itu tak membuat kami menyerah, dengan bermodal semangat rekreasi yang begitu besar dan di barengi picuan spectrum adrenalin yang anti biasa,segala rintangan pun terlewati. 
Akhirnya, tibalah kami di air terjun. Mengingat banyaknya terjadi adegan-adegan yang praduga tadi maka dengan penuh pertimbangan seraya rasa kekhawatiran yang begitu mendalam dari para guru, kami pun tak sempat berleha-leha disana, selesai santapan nasi, kami segera bertolak pulang untuk menuju penginapan. 
Hari selanjutnya.Monumen Nol Kilometer adalah target kami. monumen tersebut. Jarak tempuh dari penginapan kami adalah sekitar satu setengah jam, melalui jalanan mendaki yang lebar dan mulus di sepanjang Kota Sabang. Dari tiap kelokan jalan, kami dapat melihat bukit dan lautan berpadu dengan kontras. Dengan jalan aspal yang labih berkualitas dari sebelumnya, jalan masuk menuju Monumen Nol Kilometer sangatlah sempit sehingga hanya muat dilalui oleh satu kendaraan saja. Monumen itu sendiri terletak di atas sebuah bukit. kami melanjutkan perjalanan ke atas bukit. Tampak semak belukar di kiri-kanan badan jalan. Mobil yang kami tunggangi pun bergerak lamban karena kondisi jalan yang sempit. Ditengah perjalanan, kami dihadang oleh segerombolan kera. Rupanya kera-kera tersebut sudah terbiasa dengan kehadiran manusia. Banyak wisatawan yang menuju ke tempat ini sengaja menyediakan makanan bagi kera-kera tersebut. Tapi saat itu, kami belum mengerti dengan keadaan itu sehingga kami tidak mempersiapkan makanan kecil buat makhluk Tuhan yang satu itu.
Akhirnya, tibalah kami di Monumen Nol Kilometer. Sepanjang mata memandang dari atas bukit itu, tampak hamparan luas samudera dan kepulauan, termasuk Pulau Sabang. tapi sangat ku sesali tidak semua dari kami bisa menikmati kondisi di goegrafis paling ujung Indonesia itu karena salah satu dari rekan kami (zikri gaul) mengalami gangguan fisik( mabok mobil) sebagai akibat dari perjalan jauh dan belokan-belokan yang memutar menuju monument tersebut dengan menggunakan damri tadi.sehingga ia hanya mampu berbaring di atas sebuah batu gunung yang besar sambil menunggu kami kembali. 
Usai menginjakkan kaki di titik nol-nya Indonesia, kami bergegas turun menuju pantai yang tercantik di Pulau Sabang yaitu Pantai Iboih dan Gapang. Disana hamparan lembut pasir putih terasa menyilaukan mata; perairan di pantai itu pun berhias dengan terumbu karang dan ikan laut aneka ragam, warna, dan rupa.
Kebanyakan turis mancanegara yang sempat saya introgasi, datang ke pantai ini untuk menyelam dan surfing. Di tempat inipun kita dapat menyewa perahu untuk berkeliling, hingga ke tengah laut. Sebagian perahu bahkan didesain secara khusus sehingga para penyewa perahu dapat menikmati keindahan alam bawah laut melalui kaca bening tebal yang terletak tepat didasar perahu. Tarif sewa untuk perahu itu seharga Rp 80,000 per jam.sedihnya kepiluanpun melanda kami, hal ini di picu kabendaharaan kami yang sudah menyusut alias “hansep le peng”, sehingga kami tak dapat ikut bersama sebahagian rekan-rekan kami. Yang mana mereka memilih satu perahu dan menikmati keindahan alam bawah laut : terumbu karang, ikan-ikan, dan aneka ragam hayati laut lainnya. Kebeningan air laut yang masih jauh dari polusi amat menunjang kemampuan mata untuk menikmati keindahan alam hayati di Pulau Sabang. Dari bagian laut yang lebih dangkal, terlihat jelas semburat rumput laut dengan warna kehijauan berpadu padan dengan kemilau biru samudera. alam bawah laut di Pulau Sabang ini merupakan salah satu yang terindah di wilayah Indonesia. Sangat di sayangkan, keajaiban dunia pariwisata di tempat ini belum mampu merangsang minat para wisatawan mancanegara karena faktor keamanan dan lamanya pemberlakuan status darurat militer oleh Pemerintah Pusat saat konflik RI vs GAM.


Terlepas dari minimnya angka wisatawan asing yang datang, fasilitas di Pantai Iboih ini terbilang lengkap. Di lokasi ini terdapat hotel, mulai dari yang mewah hingga yang sederhana.tetapi kami tetap memilih panenginapan yang relative murah walaupun layaknya kualitas masih di bawah lumanyan. Kemudian dari kejauhan kami hanya bisa mencium aroma dari sebuah Rumah makan yang tersedia di sana dan tampak bersih dengan sajian menu yang lengkap. Di tempat ini pun tidak sulit menemukan Mesjid. Dan salah satu yang menjadi keunikan dari Pulau Sabang ini adalah banyaknya mobil mewah - mulai dari BMW, Mercedes, dan sederet mobil-mobil produksi Eropa - yang dijual dengan harga “sangat murah” atau hanya sekitar separuh saja dari harga jual di mindan, manda aceh, sentosa maupun kota besar lainnya. Hal ini terjadi karena pemberlakukan kebijakan “kawasan bebas pajak” di wilayah ini. Tetapi jangan sekali-kali membawa mobil-mobil mewah itu keluar dari Pulau Sabang, karena akan menjadi subyek pajak barang mewah yang nominalnya mencapai 100 persen dari harga mobilnya sendiri.makanya jangan coba-coba buat ngebisnis atau memasarkan mobil sabang ke black market(pasar ilegal)..huuftt,,,Jam pun menunjukkan waktu untuk saatnya kami kembali ke penginapan.
Waktu pun terus berjalan, tanpa terasa malam telah menjelang dan fajar pun terbit. Kondisi ini bermakna saatnya kami memutuskan kembali ke Pelabuhan Balohan, untuk menaiki kapal dan langsung bertolak ke bornun. Setelah membeli tiket masuk kapal dengan harga jauh berbeda saat kami akan berangkat ke Pulau Weh, saya pun menaiki kapal. Dari atas kapal , saya menatap lurus pulau-pulau yang nampak mengecil dari pandangan mata.dan menyisih sedikit peluang untuk menjempat-jempret alias berfoto baik sesama maupun dengan rombongan lain. Ingin rasanya saya tinggal lebih lama disana, menikmati keindahan alam Sabang.